hotel Pelangi Malang
Traveling

Jalan-Jalan ke Lodji Coffeeshop di Hotel Pelangi Malang

Siapa nih arek Malang yang tidak tahu hotel legendaris yang terletak di tengah-tengah kota dan pernah menjadi sasaran pengeboman Belanda di masa-masa pra kemerdekaan?

Nah, kemarin saya berkesempatan untuk jalan-jalan sambil ngincipin Bitterballen di Hotel Pelangi beserta coffeeshopnya lho! Kali ini bersama Jelajah Malang dan teamnya yang super gercep, saya bisa menikmati ngeteh cantik di Lodji Coffeeshop.

Lodji Coffeshop yang Jadi Lantai Dansa Orang Belanda di Hotel Pelangi Legendaris

Lodji Coffeeshop

Masuk ke lobi hotel Pelangi legendaris siang itu saya langsung excited banget untuk ikut tur ke dalamnya. Bukan hanya menarik dari sisi sejarah, namun karena kali ini guidenya adalah putra dari pemilik Hotel Pelangi.

Takjub karena dulu pribumi yang disebut oleh Belanda sebagai “orang-orang terbelakang”, “orang dengan kasta rendah” ternyata justru mampu membeli hotel ini di masa-masa sulit yang masih belum banyak orang “bernyali” untuk membelinya. Turut bangga karena orang yang mereka sebut “pribumi” ini justru menjadi pemiliknya sekarang.

Bersama-sama dengan Jelajah Malang, saya jadi makin banyak memahami sejarah Hotel Pelangi yang sampai sekarang tegak berdiri dan menjadi jujukan para turis lokal maupun asing yang sedang berkunjung ke Malang.

Lodji Coffeeshop dan Wahana Lukisan Dinding

hotel Pelangi
lukisan dinding asli dari Belanda

Hal yang paling ditonjolkan oleh Mas Iskandar, sang guide sekaligus salah satu pemilik Hotel Pelangi ini adalah lukisan-lukisan yang khusus diimpor dari Belanda untuk menemani tamu-tamu Belanda yang berkunjung kesana.

Jadi tidak heran jika teman-teman mengunjungi Lodji Coffeeshop ini, kita juga akan disuguhi pemandangan klasik, ballroom yang luas dan konon dulunya digunakan oleh orang-orang Belanda untuk berdansa, serta “wahana lukisan” yang dibuat khusus dari Belanda. Termasuk pelukisnya.

Lukisan-lukisan tersebut menggambarkan tempat-tempat di Belanda yang membuat para “penjajah” kala itu terkenang dengan tanah air yang mereka tinggalkan. Harapannya, lukisan-lukisan yang dipajang di dinding tersebut dapat mengobati rasa kangen orang-orang Belanda yang sedang jauh dari “rumah” mereka.

Sampai saat ini, lukisan tersebut masih awet warnanya. Hal ini menunjukkan betapa kualitas cat yang mereka gunakan, termasuk media keramik dari Belanda memang sangat bagus dan berkualitas. Tak luntur dimakan usia.

Tidak ada banyak perubahan yang dilakukan oleh Team Hotel Pelangi sejak hotel tersebut dibeli dan menjadi salah satu cagar budaya di Kota Malang. Kecuali beberapa jendela yang harus diperbaiki, dicat, dan beberapa lubang yang harus ditutup. Jadi kondisinya masih real, sama seperti saat pendudukan Belanda dahulu.

Menu yang dihadirkan di cafe ini memang kurang beragam, tapi konon katanya sup buntut Hotel Pelangi adalah yang terbaik. Bitterbalen yang saya nikmati pun sungguh sangat lembut dan bikin ketagihan. Untung berbahan dasar karbo yang bikin cepat kenyang. Jika tidak, mungkin bisa saya habiskan seperti krupuk yang ringan.

coffeeshop hotel Pelangi

Sejarah Hotel Pelangi Malang “Palace Hotel”

Seperti yang telah kita ketahui, Hotel Pelangi merupakan hotel tertua yang masih berdiri di kota Malang. Dulunya gedung Hotel Pelangi ini bernama Hotel Lapidoth yang didirikan sekitar tahun 1860 oleh orang Belanda bernama Abraham Lapidoth (1836-1908). Kemudian pada tahun 1970 diganti namanya menjadi Hotel Malang.

Arsitekturnya serupa rumah Joglo dengan tradisi Jawa yang sangat tradisional. Bahkan cenderung layaknya rumah pendopo. Kamar mandi serta fasilitas lainnya juga masih sangat sederhana. Jalan di depannya pun masih berupa jalan tanah dan belum diaspal.

Namun nama Hotel Malang juga tidak bertahan lama, karena pada sekitar tahun 1900 namanya berganti lagi menjadi Hotel Jensen. Saat itu di Kota Malang hanya terdapat dua hotel, selain Hotel Jensen juga terdapat Hotel Jansen yang terletak di Regentstraat (sekarang Jalan KH. Agus Salim).

Kedua hotel ini memiliki 50 kamar. Lalu sekitar tahun 1920 Hotel Jansen dihancurkan dan dibangun menjadi gedung pertokoan. Pada saat ini berubah menjadi pertokoan Mitra dan Gajah Mada Plaza.

Tak lama pemilik Hotel Jensen juga meninggal dunia, lalu hotel dihancurkan. Kemudian Pemerintah Belanda bekerjasama dengan biro arsitek AIS Belanda membangunnya kembali. Tahun 1915 akhirnya Hotel Palace diresmikan dengan gaya bangunannya yang khas bangunan kolonial.

Yakni di tengah-tengah bangunan terdapat dua menara kembar yang menjulang tinggi untuk pengawasan dan mempunyai dua blok di sisi kanan dan kiri yang menjorok ke depan. Selanjutnya Palace Hotel menjadi hotel terbesar di Malang dengan kapasitas 126 kamar.

lorong hotel Pelangi

Pada zaman pendudukan Jepang (1942-1945), hotel ini berganti nama lagi menjadi Asoma Hotel yang hanya bertahan 3 tahun saja. Pada 1945 namanya berubah lagi menjadi Palace Hotel.

Saat terjadi agresi militer Belanda I tahun 1947, hampir 1000 bangunan dibumihanguskan termasuk Balaikota Malang dan pemerintah kota sempat dipindah ke Palace Hotel. Bersamaan dengan dibakarnya gedung balaikota, pegawai beserta sebagian penduduk mengungsi ke daerah Malang Selatan.

Namun mengenaskan, akhirnya Palace Hotel pun menjadi sasaran aksi pembumihangusan oleh para pejuang. Kondisi bangunan rusak berat dan sempat tidak berfungsi.

Menyisir Ruang-Ruang di Hotel Pelangi Legendaris

Akhirnya tahun 1953 Palace Hotel dibeli oleh seorang pengusaha dan kontraktor dari Banjarmasin bernama Sjachran Hoesin (1920-1999) lalu mengganti nama Palace Hotel menjadi Hotel Pelangi pada 1964. Saat ini, Hotel Pelangi dikelola oleh generasi kedua keluarga Sjachran.

ruang di hotel pelangi

Setelah puas mendengarkan cerita bagaimana Belanda dulu melakukan pesta di Lodji Coffee, Pak Iskandar mengajak kita untuk berkeliling melihat bangunan hotel yang terletak memanjang di sisi kiri dan kanan Lodji Coffee.

Sebagaimana yang telah diceritakan, arsitektur hotel Pelangi tidak berubah sedikit pun. Bahkan kamar-kamar serta tangga, hingga plafon dan tegelnya masih sama sebagaimana dulu diduduki oleh Belanda. Tak heran, hotel ini menjadi jujukan untuk para turis asing maupun lokal karena kearifannya.

Untuk teman caravan yang belum pernah ke hotel Pelangi, bisa banget nih mampir ke alamat berikut : Jalan Merdeka Selatan 3, Alun-Alun Kota Malang. Dijamin sudut pandangmu akan Hotel tertua di Malang ini akan berubah dengan keramahannya.

lobbi hotel Pelangi

Seru yaa? Pergi kemana lagi ya kita? Rekomendasikan tempat-tempat kesayanganmu untuk dikunjungi atau kulinerannya di kolom komentar yuk!

 

One Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *